Archive | 15 Desember 2011

Coklatnya Magenta

Syeeeebeeel… benar yah kata pepatah nyesel itu mesti deh belakangan datengnya. Ya iyalah coba kalo duluan gak ada deh orang di dunia ini yang bakalan punya rasa mumet, galau sampai mau bunuh diri, mungkin. Ini lah yang sedang aku alami sekarang.

Kurang satu hari lagi genap dengan tanggal sakral itu.

Kau tau, 14 Februari!

Yayaya… bukan! Bukan aku suka merayakan hari-hari yang tampaknya kurang jelas sejarahnya itu, Valentine. Bukan juga karena aku melaknat atau sebagainya. Setiap orang punya pemikiran masing-masing kan?

Awalnya aku pun tidak terlalu peduli dengan angka 14 atau 30 sekalipun di bulan Februari (kalau pun ada, tapi pun gak ada kan).

Yah, aku bukan orang yang jatuh cinta pada tanggalan atau angka-angka. Tapi semenjak setahun lalu angka 14 di bulan yang kata orang penuh cinta itu berubah jadi sangat sakral. Khusunya di tahun ini.

Bukan karena aku mau merayakan hari besar masyarakat Roma, atau hari pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera, atau malah merayakan hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Cerita cinta atau sejarah cerita yang terlalu banyak versi lainnya yang berhubungan dengan hari ‘kasih sayang’ itu.

Entah… nanti juga kau tau kenapa aku anggap ini tanggal sakral. Antara indah dan petaka, setidaknya sampai hari ini.

“Ta, udah siap?” Bara dengan jaket hitam menutupi kaos abu-abu di dalamnya sudah berdiri di depan pintu rumahku. Setelah beberapa kali dia mengetuk pintu rumah tadi.

“He-eh, gue lupa Ra, gue salin baju dulu ya?” aku menunjukan kaos oblong kegedean yang hampir menutupi celana pendekku. “tunggu di dalem aja, masuk.” Aku membuka pintu agak lebih lebar dan menyampingkan tubuhku membiarkan Bara masuk.

Dia tampak tampan hari ini. Harusnya dia pakai baju merah atau merah muda, kan valentine. Oiyaya, kan baru tanggal 13, mungkin ini bukan white day atau valentine day tapi black day. Entah rasanya aku juga ingin pakai baju warna hitam saat ini.

Tak langsung menuju kamar, aku melesat sebentar ke dapur dan kembali sambil membawa segelas sirup mangga kesukaan Bara, “sepuluh menit ya?” kataku sambil senyum dan langsung balik badan menuju kamarku di lantai dua.

Ahh… padahal sudah berdoa tujuh hari tujuh malam agar tak kan ada tanggal 14 atau 13 Februari atau kalau bisa tidak akan ada bulan Februari. Tapi ya, doa mustahil, Tuhan pun pasti aneh mendengar doaku ini. Mana bisa, bodoh! Baca lebih lanjut

Cangkir Yang Menghangat

Jadi kapan langit akan hangat?

Terpikir langit setelah itu akan hangat
Sehangat
Musim menghangat
Dengan secangkir coklat panas
Atau sehangat susu coklat saat sarapan
Terpikir angin akan renyah
Serenyah
Cuaca yang merenyah
Dengan taburan permen 100 warna
Atau serenyah roti tawar berselai kacang
Hei, mungkin esok lebih hangat
Ya, besok lebih renyah

“Menghangat saja denganku,” katanya
Dia menggeser secangkir kopi ke sini
“Wah, aku tidak suka kopi.”
Tapi aku mulai menyentuh ujung gelasnya
“Biar kupesankan coklat panas saja.”

Dan langit pelan-pelan menghangat
Meski isi cangkir kami berbeda rasanya
Hangatnya tetap terasa sama

ya semoga saja…

@itaita, Di sebuah jalan, 15 Desember 2011;

07.05;

gambarnya!