Archive | November 2011

Pssstt… Aku Cemas ;)

Di bekasi, suatu pagi yang murni, mungkin ada seorang gadis yg gelisah menghadapkan wajahnya ke timur.
“Kekasihku, hujan sudah mati.”
Tapi dingin mengendap di lantai peron, waktu hanya plastik terbuang, begitu juga keramaian, menambah tebal kerinduan.
“Kereta mungkin terlambat, cinta sudah duapuluhtiga karat.”
Di stasiun bekasi, kita tinggal menghirup mimpi, lalu berkata, “jangan tinggalkan aku setelah ini.”

–SR (Kado Musim Hujan)
@23 jam yang lalu

Kurang lebih 100 jam lagi harusnya janji kita tergenapi. Tapi entahlah… kau bilang keretanya mungkin akan datang terlambat. Ah, semoga tidak. Tapi aku pun sudah siapkan hati kalau-kalau jadwal cinta itu mundur lagi sejak kemarin. Tapi masih saja cemas. Dari awal kau tawarkan rasa-rasa itu aku sudah tahu seharusnya, kalau kita akan beberapakali dipermainkan dinding waktu dan kolom-kolom jarak yang agak terjal.

“Cinta memang terlalu banyak menciptakan jadwal”

Kata-katamu pun berputar lagi di kepalaku. Baca lebih lanjut

Apa Aku ‘Menghilang’ Saja?

Apa aku ‘menghilang’ saja? Karena memutar waktu itu tak mungkin. Mama… aku ingin cerita banyak padamu. Banyak kata-kata yang tidak dapat aku definisikan sendirian. Terlalu janggal, ganjil. Kalau kau masih di sini kau pasti akan menerangkan kata-kata itu dengan caramu yang biasa, mendongeng cerita putri-putri dan pangeran sebelum aku tidur. Mah… apa aku ‘menghilang’ saja? Menjejal, menumpuk, beterbangan dan tak bisa kutangkap satu-satu maksudnya. Aku takut Mah, seperti saat kamar begitu gelap, mati lampu, kehabisan lilin, lampu senter pun rusak. Dan kau tak mungkin datang untuk membukkan pintu kamarku yang menggelap lalu mengajakku ke balkon depan kamar yang terang dengan kelip bintang atau pantulan sinar bulan. Sumpah, ini terlalu menakutkan. Lalu bagaimana? Baca lebih lanjut

Dear…

Dear Kado Musim Hujan,

Kadang rindu itu sangat menggebu. Kadang aku merasa sangat membutuhkanmu. Kadang aku terlalu takut pergi tanpa kata-kata meninggalkanku. Tapi rasa ragu-ragu pun tak mau kuajak berdamai. Kumohon jangan buru-buru membingkisnya dalam kotak merah muda. Selembar teka-teki silang yang kau berikan, masih menyisakan beberapa kotak yang belum terisi huruf olehku. Mungkin kau mau memberiku beberapa kata klu lagi? Baca lebih lanjut

Kado Musim Hujan

Dari tumpukkan kata-kata yang kutemukan tanpa sengaja. Kadang terselip debaran yang aku tak tahu sejak kapan menyelip tanpa permisi. Lalu menjelma menjadi tumpukan rasa ingin tahuku. Dan katanya,  “seperti sebuah perasaan yang tidak ada namanya”.

Belum genap 100 jam juga kita saling berbagi kata-kata, iya kan? Jadi masih wajar kalau perasaannya masih belum bernama, yang penting bahagia saja. Anggap saja, kado musim hujan. ^_^

Baca lebih lanjut

Sudah Tak Boleh Lagi

Ya Ampun, musim kemarau kemarin kau ke mana saja??! Ini sudah musim hujan (lagi). Meninnggalkanku, begitu saja. Kau seperti hujan yang tak pernah mau mengenal musim kemarau hanya muncul di musim penghujan. Kau tinggalkan aku dengan bejibun rindu, dan airmata, di ruang kenangan itu. Sekarang kau datang lagi? Ah, terlambat! Membawa berkarung-karung kenangan, aku tak butuh! Sudah kubungkus rapih kenangan-kenangan darimu dan takkan tersentuh lagi—meski kadang masih suka kuingat. Sudah habis rasa pura-pura bersabarku untukmu. Sudah habis! Maaf… aku tak boleh jatuh cinta lagi padamu. Sebisanya aku akan menghindarimu. Baca lebih lanjut

*Terimakasih yang berkarung-karung untuk mereka

Kalaupun harus kukumpulkan setiap kata terimakasih yang pernah ada di dunia, lalu kumasukkan dalam peti besar dan kukadokan padanya itu takkan pernah cukup untuk mewakili rasa terimakasih yang terus tertimbun sejak belasan tahun lalu sampai hari ini, besok, dan lusa dan seterusnya. Takkan pernah cukup! Beliau lebih dari seorang kakak, tapi sahabat, mungkin orang tua, sosok terbaik yang masih kupunya di dunia. Tak bisa kubingkiskan apapun selain selip-selipan doa untuk mencicil hutang terimakasihku –yang takkan pernah lunas—selama ini. Baca lebih lanjut

Tentang Rindu

Kadang rindu datang tanpa permisi saat sesuatu harus menjauh atau hilang. Dan banyak hal yang tak mungkin dihindari dari perpisahan, tak dapat ditunda untuk menyudahi, atau harus ditinggalkan atau meninggalkan. Mau tak mau… lalu perasaan selalu dipaksa beradaptasi. Percaya atau tidak, pertemuan dan perpisahan. mulai dan selesai, datang dan pergi, memiliki dan kehilangan, cinta dan sakit hati, mereka selalu bejodoh. Yang tertinggal hanya potong2an kenangan, yang kalau nantinya disusun akan bercerita, tentang rindu.

Jadi warna apapun potongan kenangan kenangan yang tercipta, simpan saja, nanti bisa saja perasaan rindu ingin menyusunnya lalu mendengarkan lagi cerita2 itu, tentang rindu. Baca lebih lanjut

Tak Cukup

Katakan saja walau cuma satu patah kata, katakan saja sekarang! sebelum waktu sudah kehabisan stok kesempatan untukmu. lalu kamu menangis, menyesal, membiarkan kesempatan itu lewat satu-satu. menyesal takkan memutar kenangan atau mengembalikan satu-dua detik waktu. katakan sekarang, sebelum keadaan memakan semua kesempatan sampai habis, dan sebelum perasaan bosan menunggu bibirmu berucap. Kamu tahu, kadang perasaan tak cukup hanya isyarat, Teman…?

Baca lebih lanjut

*27 Oktober 2011

Sekarang malaikat-malaikat itu sedang menulis 2-3 paragraf tentang aku hari ini yang nantinya akan dia ceritakan ulang padamu, Bu, Pak. Tak ada harapan lebih besar untukku saat ini selain senyum kecilmu nanti saat dengar ceritanya dari malaikat-malaikat. Belum selesai (semoga) nanti aku akan kirim cerita2 lainnya yang akan membuatmu tersenyum lebih lebar lagi lewat malaikat langit untuk kalian.  Meski aku tak dapat melihatnya aku yakin secuil kado ini sampai pada kalian di sana ^_^

Baca lebih lanjut