Archive | 2 Desember 2011

“Bungur”, “Menunggu”, “Lalu Rindu”

“Rindu untukmu sudah kutitipkan sebagian pada pohon-pohon Bungur yang bunganya meng-ungu di sepanjang jalan tadi. Tapi masih saja menumpuk.”

Lalu gerimis kemarin mengacak-acak perasaanmu. Pagi ini pun gerimis. Ah, semoga saja tidak mengacak-acak perasaan (kita) lagi.

Dibawah rintiknya bunga-bunga Bungur yang menghangat merah muda-ungu, tapi dia menggigil, kedinginan, setengah mati, menahan rindu di pojok gerimis.

Langit mendung menertawakannya yang memang sudah tampak bodoh sejak kemarin, bermain gerimis di bawah gugurnya bunga Bungur yang meng-ungu di sepanjang jalan itu.

Lagi-lagi rindu hanya bisa disimpan. Di simpan!

Apa dia sedang ‘menunggu buah Bungur’?

Baca lebih lanjut