Aku sendirian menghitung butir gerimis yang menitik, menyamarkan bening kaca jendela kamar yang sengaja kubuka sedikit. Mengintip gerimis yang menitik–entah bahagia atau sendu. Baru menghitung sampai 100 butir gerimis, lalu aku kehilangan lagi jejaknya karena kaca jendela yang semakin buram, mengembun, harus menghitung dari satu lagi. Dan tepat dihitungan ke 99, gerimisnya berhenti, berubah hujan deras. Aku tak lagi bisa menghitung satu-satu butir hujan kini. Terlalu deras. Tak lagi terhitung butirnya. Diam saja. Menunggu gerimis lagi. Menatap hujan dari balik kaca jendela–yang sekarang benar-benar kututup. Agar tak usah ada celah untuk setitik pun hujan merambat masuk ke kamar malam ini. Jari telunjuk menciptakan satu nama di atas kaca buram terkena tampias hujan.
Selamat malam hujan. Dan tirai jendela tertutup. Tapi kau tahu, ada rindu terselip di sana. Di tirai yang sengaja ditutup. Dan di sana juga, di tiap butir-butir gerimis yang berubah hujan.
**Januari, saat gerimis berubah hujan.
28 Januari 2012;
18:46;