Archive | 9 Maret 2012

Ya, Semoga Saja…

Aku bilang pada angin agar mau mendorong kereta yg membawamu ke arahku menunggu, tapi angin bilang itu terserah musim, dan musim bilang itu terserah Tuhan. Aku bilang pada kalender di dinding kamarku agar cepat membulatkan satu tanggalan untuk jadwal pertemuan kita setelah hari ini, tapi kalender bilang itu terserah waktu, dan waktu bilang itu terserah Tuhan.
“Tuhan… semoga dia jadi datang ya.” 🙂

 

Ditulis diam-diam siang ini,
Cideng Barat, 09 Maret 2012
gambarnya

-untitled2-

Sepotong langit Jakarta Pusat warna kuning muda, seperti serobek bendera yg menyambut perbatasan sore-malam. Katamu, seperti sisa-sisa kelopak matahari, sisa-sisa senja.–07032012-1

gambarnya

 

 

 

 

katanya, “kadang saru antara definisi senyum kesepian atau ucapan jatuh cinta. Antara takut kesepian atau takut kehilangan. Antara sepi atau rindu. Antara…”–07032012-2

gambarnya

 

 

 

 

 

 

 

 

Pagi. Eh, hampir siang. Hujan masih menari-menari tak peduli beberapa roda diam di jalan abu-abu. Mobil warna-warni diam di bawah beringin, bukan menepi tapi berhenti. Hujan dan macet masih betah lewat jalan tol. Di bus pengamen masih menyanyi memaksa nadanya merdu. Lalu daun-daun masih ikut menari ditiup angin, sambil menghitung berapa butir hujan menyentuhnya tiap satu detik. Aku, tak berani melihat jam tangan.–08032012

gambarnya