April 1997
Satu hari nanti kau akan tahu, kalau aku pernah mencintaimu seperti rekahnya kelopak bunga cherry putih di tepi danau Zurich yang jatuh hati begitu saja pada musim semi bulan April. Entah saat itu kita masih bisa saling menatap atau sudah saling jauh. Baca lebih lanjut
Mandevilla… Mandevilla…
Kelopak merah muda mengintip dari balik pagar rumahnya, sambil berdebar-debar menghirup udara musim semi, menunggumu, melintas di depan pagar bercat putih, menyempatkan ujung jarimu menyentuh kelopaknya sebelum kau membunyikan bel di pojok kiri pagar.
Lalu kau memanggilnya dengan napas penuh-penuh rindu,
“Mandevilla… Mandevilla…”
gambarnya
Di satu hari, tiba-tiba aku merindukanmu… sangat.
Dan tidak tahu harus bagaimana.
Ingin mendengar suaramu yang selalu seperti hembusan angin musim semi.
Musim semi sudah sampai di sini, Schweneberg. Ladang-ladang merekah berubah menjadi lautan kelopak warna pelangi. Kupetik satu buket tulip merah muda untuk menemanimu mengelupaskan rindu, tolong jangan kautolak. –10052012[ita]
foto :: by Sean Gallup
“Apa yang kau sukai dari musim semi?”
“Rekahan hangat dari bunga plum dan kelopak sakura.”
“Jawabanmu masih sama seperti 50 tahun lalu, Nona.”
“Dan pertanyaanmu masih sama seperti 50 tahun lalu, Pak tua. Tak ada yang berubah, wangi dan rekah sakura putih di sini masih seperti musim semi 50 tahun lalu. Beberapa kelopak sakura yang merintik gugur satu-satu membikin rindu makin tebal. Yang berbeda hanya rambutmu sekarang warnanya menyamai kelopak sakura di atas kita.” Baca lebih lanjut
Dalam lukisan musim semi warna pelangi, aku-kamu-kita berdua masih harus berjalan dengan payung transparan itu, kehujanan. Menebak-nebak, berapa langkah lagi bisa menepi.–05042012 [ita]
gubuknya itaita 