Tag Archive | novel

Benarkah Cinta Bisa Hadir Belakangan?

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

SELAMAT DATANG CINTA

Benarkah cinta bisa hadir belakangan?

sebuah cerita karya Juwita Purnamasari

 

 

Sinopsis :

Bahkan, sehari sebelum hari pernikahannya, Maya belum tahu seperti apa warna mata laki-laki itu, bagaimana suaranya, apa makanan kesukaannya. Sejak kecil dalam kepalanya hanya ada satu kalimat “Kamu sudah punya calon suami!” Karena itulah hati Maya tertutup rapat. Dia merasa jatuh cinta hanyalah sesuatu yang tak perlu. Toh, akhirnya dengan cinta atau tidak dia akan tetap menikah dengan laki-laki yang selalu Ibunya bicarakan itu.

Hari itu, di hari pernikahannya, adalah hari pertama dia melihat sosok laki-laki tersebut. Setelah upacara penikahan itu dia harus tinggal bersama laki-laki bermata cokelat itu? Selamanya?

Entahlah. Dia tak pernah mengira sebelumnya, bahwa pernikahan bisa jadi serumit ini. Kata orang-orang cinta akan datang belakangan. Tapi… apa kalimat itu akan berlaku juga untuknya?

 

Story trailer :

 

Baca lebih lanjut

So, I Married the Anti-fan – kadang cinta datang dengan cara yang lucu

IMG_20150913_182504

Kovernya lucu bangeeeet…. Buatan Bambang ‘Bambi’ Gunawan 🙂

Judul     : So, I Married the Anti-fan
Penulis : Kim Eun Jeong
Genre    : Romantis (K-Iyagi / Korea) 
Penerbit        : Penerbit Haru
Penerjemah : Putu Pramania Adnyana
Halaman        : 536

Hari itu hari Sabtu, saya pulang dari Jakarta ke Cikarang, baru selesai buka sepatu keponakan saya yang berumur 6 tahun dengan riang gembira memberikan paket dengan bungkusan warna cokelat. “Tante, ada kado!”

Dan saya mulai mengingat-ingat kayaknya nggak belanja online ya minggu-minggu ini kok dapat paket? Tapi setelah saya lihat nama pengirimnya. Saya pun tersenyum, lagi-lagi dapat hadiah buku dari Ci Lia Indra Andriana. Terima kasih…. ^_^

Saya membuka kadonya dan keponakan saya tampak kecewa saat isinya buku dan bukan kue atau camilan. Hehehe…

Pertama lihat buku ini yang saya katakan adalah “Ya ampuuun… tebal amat?” Dan saya langsung kebayang novel-novel klasik semacam Jane Eyre, Pride and Prejudice dan Wuthering Heights, yang butuh waktu lebih dari seminggu untuk saya tamatkan. Nggak langsung dibaca, saya simpan bukunya di dalam lemari buku dan saya mengambil sebuah komik. Butuh bacaan yang ringan setelah perjalanan Jakarta-Bekasi hari itu. Selesai baca komik entah bagaimana buku itu sepertinya sudah nggak sabar buat saya baca, seolah teriak-teriak sampai jatuh dari lemari. Saya pun memungutnya dan membaca blurb novel ini. Baca lebih lanjut

Paper Romance – Lain Kali Aku Bakal Menulis Tentangmu

Paper Romance

-Semacam Resensi-

“Lain kali aku bakal menulis tentangmu,” ucapnya, “Dan pasti… Happy Ending.”

JUDUL NOVEL  : PAPER ROMANCE
PENULIS  : LIA INDRA ANDRIANA
PENERBIT  : PENERBIT HARU

Jumlah Halaman  : 376 halaman; 19 cm
Tahun Terbit  : 2013 (cetakan pertama, April 2013)

20130704_171257

Bisa baca novel ini semua berawal waktu aku ketemu penulis Paper Romance beberapa kali. Lia Indra Andriana. Kita juga pernah mampir bareng ke toko buku di wilayah Pejaten, di sana kita ngobrol tentang selera bacaan. Sebenarnya aku termasuk ‘omnivora’ dalam membaca, genre apa pun bisa aku lahap, tapi kadang aku juga bisa jadi sangat pemilih. Karena gak semua cerita bisa memberi rasa nyaman pada pembacanya, dan setiap pembaca mempunyai batasan rasa nyaman yang berbeda-beda. Beberapa kali ngobrol tentang hobi yang serupa aku mulai tertarik membaca karyanya yang ternyata sudah 20an buku, kalau gak salah dulu sempat baca novelnya Seoulmate waktu masih awal kuliah, tapi sudah gak terlalu ingat detailnya. Lia bilang novel terbarunya Paper Romance, novel dengan cover lucu, didominasi warna hijau cerah, dan gambar kartun perempuan yang menyembul dari dalam lembaran buku, tiba-tiba aku pengin ‘mencicipinya’. Baca lebih lanjut

Di Bus Tadi Pagi (Cerpen)

Dear Diary,

Hari ini, 26 April 2012, pagi sekitar pukul tujuh sampai delapan, di sebuah bus—yang plat nomornya aku lupa, yang pasti bus jurusan Jati Asih-Tanah Abang. Olah raga pagi seperti biasa, mengejar bus yang hampir meninggalkan halte dan akhirnya aku naik bus lewat pintu belakang, bersyukurlah saat itu masih ada satu bangku penumpang untuk tiga orang masih kosong satu. Akhirnya aku duduk di situ, yang menyebalkan adalah dua bapak-bapak gendut menghuni bangku yang harusnya untuk tiga orang itu, plus satu ransel besar-besar yang bisa kau bayangkan lebih menyita tempat. Aku hanya disisakan celah bangku sekitar tujuh sentimeter? Bisa kau bayangkan? Baca lebih lanjut